You're the only one who'll be sorry by the day I left.
Sebuah karya tidak lahir secara serta-merta. Butuh ketelatenan, karena garis tidak hanya terbentuk dari goresan pena, namun juga oleh rentetan titik-titik.
Minggu, 24 Maret 2013
Rabu, 13 Maret 2013
Susur Pantai Congot-Glagah
Dalam rangka survey DIKJUT KSK yang aduhai gilanya itu. Aku, Shinta dan Agustin menyusuri pantai sepanjang entah berapa kilometer. Pantai Congot sampai Pantai Glagah kami tempuh berjalan kaki di atas pasir panas terik matahari pukul 11.00 WIB. Pas sekali panasnya. Tidak kurang dari dua jam perjalanan kami. Berikut beberapa adegan yang sempat terekam kamera *Halah*
Berpose dulu sebelum berangkat (Aku dan Shinta)
Agustin masih sempet main ayunan
1 jam perjalanan
Semua Terbayar setelah sampai di Laguna dan melihat Dermaga
Laguna Pantai Glagah
Dermaga
Terkapar tak berdaya
Perburuan Capung di Pasir Mendhit~Kulon Progo
Tambak Ikan
Masih di Tambak Ikan
Padang Rumput
Padang Rumput
Muara Sungai Bogowonto
Sungai Bogowonto di bawah terik sinar sore
Bibit-bibit Bakau
Di bawah nauangan cemara udang dari terik matahari sore
A Little Story Has Begun
Oke.
Harusnya sekarang aku sedang mengerjakan proposal skripsi ibuku yang harus aku
serahkan besok. Agenda nongkrong di Angkringan
Ndelik, berujung pada mantengin layar laptop, pastinya bukan memulai
menyusun BAB DUA, tapi menjejali kembali blog ku ini dengan tulisan-tulisan,
cekeran-cekeran ayam.
Sebelumnya,
aku mau ngucapin makasih banget buat Chandra Pradhitaningrum, Afina Dina
Kamila, Thoriq Teja Samudra, dan seluruh penghuni Palung yang menyempatkan
menyusuri setiap senti tulisan di blog ku yang indah ini. Makasih buat kalian
yang KEPO abis. Al hasil, benar saja, pengunjung blog ini naik drastis. Yang
biasanya Cuma laba-laba numpang bikin sarang, sekarang ada puluhan pengunjung
datang, menyaksikan setiap jengkal kegalauanku dan menertawakannya. Puas kalian?
*Nangis darah*
Well…begini
ceritanya. Aku ada penelitian baru, bareng sama teman-teman KSK, sebutin ya?
Fina, Lolit, Afra, dan Amir, dalam sebuah tim bernama Graciteri (Gracilaria Antibakteri).
Nama itu bisa berubah jadi Graciterius
(Graciteri misterius) ketika dosen-dosen mencari-cari dimana orang-orang dalam
tim ini yang tidak kunjung mendatangi dosen pembimbing. Tapi akhirnya, setelah
mendapatkan teguran sana-sini, dengan lantang namun dalam hati kami berucap
‘Kami serius, Bu’. Jadilah Graciterius,
Graciteri serius.
[12032013]
saya beserta tim, dikurangi Fina yang ternyata sibuk praktikum KJT (padahal
yakin dia sebenernya pengen ikut) dan Amir yang sakitnya gak tanggung-tanggung
(Tipes dan DB), berangkat ke Jepara, menyusuri pantai demi pantai demi mendapatkan
sekarung Gracilaria. Sebelum subuh
kami sampai di Pantai Kartini dan mulai mencari suatu tempat yang sudah
bernyawa. Dari kejauhan Nampak sebuah cahaya….*lebay* terlihatlah pos satpam.
Bagaikan Mendapatkan Durian runtuh, bapak satpam menawari kami sekarung Gracilaria. Seakan tidak percaya dan
memang kami tidak percaya, kami melanjutkan perburuan sekarung Gracilaria kami. Perburuan dilanjutkan
ke Pantai Kartini setelah Subuh, sambil menikmati suasana pagi dan mencari
sarapan.
Sarapan
begitu nikmat dengan menu seafood
menggugah selera. Tidak ketinggalan aku jeprat-jepret di sepanjang pantai.
Bagus juga Pantai Kartini saat pagi. Nanti saya bagikan foto-fotonya di bawah. Selesai
sarapan, Bapak-bapak satpam datang membawa contoh Gracilaria, tetap kami tidak percaya. Warnanya hijau kecoklatan, Gracilaria kan Rhodophyta (Algae merah)
mana mungkin warnanya hijau, pikir kami. Lagi, kami tinggalkan bapak satpam
itu.
Warung Bu Lastri
Pantai Kartini~Jepara
Pantai Kartini~dari Dermaga
A shoot on a Boat
Kura-Kura Ocean Park~Pantai Kartini Jepara
Perjalanan
kami lanjutkan. Destinasi kedua, Pantai Bandengan. Setelah muter-muter nyari
jalan (Baca: Nyasar), sampai kami di sebuah warung di ujung jalan.
Berbondong-bondong warga datang dan menawari kami berbagai algae, tetap kami
tidak percaya. Warganya tidak meyakinkan (Atau aku dan teman-teman yang sok,
tak tahulah. Hahahha). Akhirnya, amunisi terakhir kami keluarkan. Apabila kami
tidak mendapatkan algae yang kami cari itu, terpaksa kami menggunakan algae
dari warga yang masih anggota Rhodophyta, namun beda jenis. Pilihan terakhir
kami, bertanya pada dosen pembimbing. Dengan sedikit memaksa melalui sms dan
email, kami kirimkan foto algae pertama yang ditawarkan Pak Satpam. Sekian jam
kami menunggu balasan, dan benar, berdasarkan tipe percabangannya, Algae itu
adalah anggota Genus Gracilaria yang
agung. Sempat aku menyebut tim kami sebagai Gra’shit’eri,
tapi kini berubah jadi Gra’sweet’eri.
Ah…nama yang bagus, bisa diubah-ubah sesuai Mood.
Pantai Bandengan Jepara
Pantai Bandengan Jepara
Pantai Bandengan Jepara
Pantai Bandengan Jepara
Kembali
kami ke Pos Satpam Balai Besar Budidaya Air Payau Jepara dan mendapatkan
sekarung Gracilaria dengan harga yang
fantastis mahalnya, 90K. Kami tahu kalau kami ditipu. Itu adalah algae sisa
panen, tapi mau apalagi, kami butuh. Inilah manusia, pintar memanfaatkan
kesempatan. Bahkan 5 Orang mahasiswa tidak ada apa-apanya dibandingkan seorang
satpam. Apalah artinya pendidikan kami ini *Lompat Jurang*.
Kami
pulang dengan bahagia, dan bersiap merencanakan apa yang akan kami lakukan
nanti. *Gra’sweat’eri*
Langganan:
Postingan (Atom)