Minggu, 06 Januari 2013

Lost in Papua Part III

Warga teminabuan itu masih ramah-ramah, jauh beda dengan warga Kota Sorong yang kebanyakan adalah pendatang. Setiap berpapasan dengan siapapun akan tersimpul senyum manis di bibir dengan sapaan Pagi! Siang! Sore! atau Malam! Jangan bosan saja di sana untuk terus membalas atau memulai sapa dan tersenyum (walaupun sedang badmood #Serius). Meskipun wajah orang Papua itu sangar, namun hatinya baik jika kita juga baik. Jadi, teruslah bertegur sapa^^. Setiap sapaan biasa ditambha dengan kakak, adik, mama atau bapak. Orang yang lebih tua akan dipanggil kakak, yang lebih muda jadi adik, ibu-ibu sampai nenek-nenek dipanggil mama, bapak-bapak dipanggil bapak dan aku dipanggil nona. Sapaan selamat biasa menggunakan syaloom yang artinya selamat, seperti Anyongaseo!!! pada Bahasa Korea. Ada juga sapaan selamat tinggal dari anak-anak di SD YPK Kalfari Skendi yang sangat khas dan lucu, Ibu Daaa!!! Dengan intonasi Daaa!!! bernada sol la. Sedikit bercengkok dan khas anak-anak kecil. Kalau orang tua akan mengucapkan ammuke, bahasa Temi yang artinya selamat, atau ammuke wasanyo yang artinya selamat tinggal untuk sementara.
Istilahnya, orang Jawa kalo pindah ke Papua akan jatuh miskin, orang Papua pindah ke Jawa akan kaya raya memang benar. Biaya apapun sangat mahal, bisa 2-4 kal lipat. Wowwww!!! Teh kotak ya, teh kotak, yang biasa di jawa Cuma 3,5K disana 5K. Ojek beberapa ratus meter saja 5K. Mie ayam 12K. Nasi ayam dan susu sirup 23K. Nasi padang 25K. Gimana gak jatuh miskin tuh. Kendaraan umum yang ada adalah taksi (istilah papua untuk angkot) dengan tarif 5K jarak dekat dan disewa untuk jarak jauh. Ada lagi ojek yang jumlahnya jutaan. Tukang ojek memakai helm warna merah dengan nomer di bagian belakangnya. Hampir seluruh pelosok Temi dilalui oleh ojek ini, tidak ada kesulitan untuk mendapatkan ojek. Dalam satu menit saja, bisa ada 3 ojek yang lalu-lalang di jalan di depan rumah. Ammuke!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar