Sabtu, 21 September 2013

RINJANI

Cerita saya mulai dengan usia. Belum genap dua-dua usia gw, baru beberapa pulau di Indonesia yang sudah gw injak. Mumpung masih muda, begitu pikir gw. Baru sadar ketika perjalanan di kereta, Jogja-Banyuwangi. Seorang anak, usia kurang lebih 2 tahun memanggil gw dengan sebutan TANTE. Ibunya yang aku pikir memang baru seusiaku dengan polos mengajari anaknya untuk menyapaku, "Ayo salaman sama tante dulu". Dalam hati menggerutu, tante???? Polos si anak menirukan ibunya, berkali-kali memanggilku dengan gelar itu. Untung aku ga sendiri, dua teman yang juga berangkat dari Jogja, Fikry dan Arham kontan dipanggil dengan sebutan O OM. Hahaha. Ceritanya si adek kecil, yang kemudian aku tahu namanya adalah Distan, tidak bisa menyebut kata om, terlalu singkat, jadinya ya O OM. Lebih dari 12 jam kami di kereta dan aku mulai terbiasa dengan panggilan itu. Gila....Gw udah tuaaa
Photo by Om Gondrong~Fikry-Destan-Baco

Ini perjalanan kedua ku ke Lombok, cuma tujuannya beda. 14 Agustus 2013, berangkat dari Yogyakarta mau mendaki Gunung Rinjani. Tau kan Rinjani? Dewi Rinjai yang menemani ayahnya menyepi di gunung dan diangkat jadi ratu oleh jin dan penunggu di sana. Jadilah gunung itu bernama Gunung Rinjani. Ini perjalanan yang cukup gila buat gw. Bertiga berangkat dari Jogja, dan gw baru kenal dengan dua teman itu satu bulan sebelum keberangkatan, satu kali ketemu langsung main UNO bareng. Dalam hati gw berdoa, semoga nanti ga dibuang di jalan. Amiin

Photo by Ringo~Ada yang bisa liat dimana gw? *di dalem L300* *serius*
Sampai di Pelabuhan Lembar, satu rombongan ber sembilan belas. Bener saja, gw cewek sendiri. Sarang penyamun, anggap saja aku laki-laki. Itu foto di depan masjid apa gitu, sejuta masjid beneran nih Lombok. Setiap tikungan ada masjid, belum nyampe tikungan aja udah ada masjid. Tapi beneran, orang-orangnya emang suka nikung (baca: preman). Transportasi dikuasai preman, nahlo...gimana ga pusing. Ati-ati aja pokoknya kalo naik kendaraan umum di Lombok. ATI-ATI. Gw cuma bisa berharap semoga segera dibangun Busway atau TransLombok sebagai kendaraan umum. 

Arham, Fikry, Tama, Baco, Om Gondrong yang tidak lagi gondrong, Om Asep, Om Toni, Blower, Ikom, Rey, Agung, Reva, Ringo, Om Haris, Om Ghindos, Om Udin, Andri, dan yang terakhir Lukman. Udah lengkap kan? Pendakian dari jalur Sembalun, turun lewat Senaru. Acara pendakian ini bebarengan sama event internasional lari maraton naik turun Gunung Rinjani. Gila ga tuh. Jadi, selama pendakian banyak bule-bule gitu berlarian ke sana-kemari. Kesana-kemari maksudnya mereka udah naik-turun dan kita serombongan belum nyampe-nyampe di atas. Fyuuuuuuhhhhh

Tapi beneran loh, dibandingkan semua gunung di Indonesia, yang belum seberapa aku tahu, Rinjani adalah gunung dengan pendaki bule terbanyak. Pendaki bule paling banyak berasal dari Perancis. Ada juga yang dari Spanyol, Singapura, jepang, Inggris, Malaysia, banyak lagi. Dua minggu di sana, yakin score TOEFL langsung dua kali lipat. Bule berceceran dimana-mana. Gimana engga? Ada sosok idola yang setia membawakan barang-barang mereka, sebut saja PORTER. Ketika jalan terjal menanjak kita tempuh dengan merangkak, Porter menempuhnya dengan berjalan tegak, bener-bener titisan dewa. Porter bukan manusia. 

 Photo by Om Gondrong
Photo by Om Gondrong
Sementara, Rinjani Part I cukup sekian dulu. Aku sambung lagi lain kali.
#Unforgettable 3726 mdpl
Photo by Om Ghindos
Photo by Ringo
Photo by Om Ghindos

Sabtu, 07 September 2013

JENGAH

[07082013] The boring situations we create, make me feel bored to you. Sorry.

Mungkin aku butuh sesuap sabar untuk kembali dapat memaknai setiap degup jantung yang meninggi ketika menerima sekedar pesan darimu. Atau mungkin aku memang sudah terlalu bosan, sehingga sejuta kali jarum jam itu berputar akan tetap sama saja. Aku stuck pada harus menerima apa yang kamu inginkan. Sayangnya, kamu menerapkan asas free will yang tidak berkaitan satu sama lain. segala hal adalah unit yang tidak saling berhubungan. Padahal aku pikir kita sedang menjalin sebuah hubungan. Pulanglah, kembalilah menjadi pribadi yang aku kenal atau perkenalkan dirimu yang baru padaku. Kamu begitu sulit dipahami.

Jumat, 06 September 2013

KOPI LOMBOK

Seorang teman membawa kopi sebagai oleh-oleh sepulang dari Lombok, usai mendaki Rinjani. Aku memilih untuk membawa souvenir biasa, ala kadarnya. Kaos untuk orang-orang terdekat.
Pendakian Rinjani, aku dan delapan belas teman lain dari berbagai kota. Bandung, Jakarta, Solo, Jogja, Surabaya, Denpasar, Lombok, macam-macam. Lama pendakian empat hari empat malam. Kami naik dari Sembalun, turun lewat Senaru. Panorama, kebersamaan, dan jerih payah yang benar-benar astaga. Kehabisan logistik. Malam keempat kami berdelapan mau tidak mau harus sampai bawah dan makan. Tidak boleh berhenti mendirikan tenda walaupun hari sudah gelap. Kehabisan bekal. Kami terpisah dari sebelas teman lain yang membawa logistic.
Pukul sebelas malam, kami sampai di Senaru. Istirahat di warung Pak Dermawan dan ibu tirinya. Teman-teman sudah pasti langsung mengambil nasi bungkus, makan. Aku cukup dengan segelas the hangat. Usai cuci muka dan kaki, kami tidur lelap, lelah.
Esok paginya, masih sayup sayu aku bangun dan duduk di teras rumah Pak Dermawan. Pendaki lain yang juga turun semalam berbincang hangat dengan segelas kopi di warung Pak Dermawan, yang lain mandi atau bersiap pulang. Aku beranjak menuju warung dan emmesan segelas kopi hitam. Menunggu kopiku, aku menghampiri biji-biji kopi yang dijemur di halaman. ‘Kopinya Mbak’. Ini kopi dari biji-biji itu, dari tanaman yang di sepanjang perjalanan turun kemarin. Aku hirup sejenak, dan srupuuuuttt. Ahh, kopi ini tidak sempurna. Bijinya tidak digiling sampai halus. Manis gula sekaligus rasa pahit yang unik. Selalu ada keunikan pada setiap kopi daerah. ‘Di sini, hampir setiap rumah membuat kopinya sendiri’, kata seorang teman. Begitu beragam pikirku.
Aku minum habis kopi itu dan memesan satu gelas lagi. Lahap aku meminumnya. Pahit dan begitu beragam, membuatku lebih tenang. Aku yang berbeda pasti juga akan diterima. Masih banyak ada yang lebih pahit dari hidupku. ‘Doyan kopi, Lady Boy?’, seorang teman sampai keheranan melihatku menghabiskan dua gelas kopi pagi itu. Aku suka kopi, tapi aku tidak akan membawanya pulang, apalagi untuk oleh-oleh. Kaos saja tidak apa-apa. Karena aku ingin dating ke sini, lagi dan lagi. Dan kaos saja tidak apa-apa, agar mereka yang etrdekat juga dating saja nanti sendiri, mencicipi kopi Lombok ini.

Untuk diriku sendiri dan secangkir kopi

Senaru, 20 Agustus 2013

Minggu, 12 Mei 2013

MASUK KULIAH



Baru saja aku baca cerita di wordpress seorang teman, dia cerita tentang pengalamannya daftar PTN dulu. Lucu. Jadi keinget kisah sendiri dan tertarik pula buat crita di sini. Siapa tau bisa membantu *ragu*. Hahahahhaha. Entah tanggal berapa dulu, aku lupa, aku ikut UM UGM tahun 2009. Sehari sebelum test, sore, aku berangkat dari Solo bersama teman satu sekolahku, Uyung. Kita berangkat naik sepeda motor. Aku di depan. Baru sampai daerah Kartasura, hujan mengguyur. Karena rumah temanku itu ada di Sawit, jadi kami putuskan untuk mampir saja dulu ke rumah dia, ngiyup. Sampai menjelang maghrib, hujan tak kunjung berhenti malah semakin deras dan seram saja. Yahhhh..pada dasarnya emang aku orangnya keras kepala, aku memaksakan untuk menerobos hujan. Sudah pasti rencanaku dilarang keras oleh ibunya Uyung. Hujan, angin, petir pula. Agak sedikit gondok sama ibunya Uyung, tapi ya mau gimana lagi, aku nurut juga.
Usai maghrib, hujan tak kunjung reda juga, padahal besuk ujiannya pagi, jam 7 kalo kalau tidak salah.Ibunya Uyung menyerah. Kami melanjutkan perjalanan menembus hujan. Mantel yang kami kenakan tak mampu menahan derasnya hujan, basah semua. Sejujurnya aku baru kali ini ke UGM dengan sepeda motor bersama teman yang juga belum tau dimana UGM itu berada. Hujan dan tak tahu jalan. Aku masih ingat seberapa deras hujannya waktu itu, sampai kalau ada mobil atau bus lewat jarak pandang hanya 1-2 meter saja. Belum Petirnya. Lengkap sudah. Perjalanan kami tempuh sekitar 3 jam dengan melewati AMPLAZ sebanyak dua kali. Baru setelah menjadi mahasiswa UGM aku sadar kalo ke UGM dari Solo melewati AMPLAZ dua kali itu adalah kebodohan. Artinya, kami berputar dan melewati ringroad sampai melewati Jalan Solo-Jogja LAGI. Bodoh juga pikirku sekarang. Tapi itu dulu, hahahhahhaha. Sampai di depan RRI untuk kedua kalinya, aku pasrah dan menelepon kakakku untuk menjemput kami. Tak berapa lama kakakku datang dengan sepeda motornya dan kami mengikuti. Basah kuyup, kami sampai di kos an kakakku dan berlalu masuk ke kamar. Kos an khusus cowok. Oke. Anggap saja kami cowok. Aku bongkar tasku dan basah kuyup. Aku jemur pakaian-pakaianku, berharap besok bisa dipakai.
Paginya aku bangun dan mendapati ternyata pakaianku sudah, masih basah kuyup. Gontai kembali ke kamar dan pasrah. Aku mandi bergantian dengan temanku, kakakku membelikan kami sarapan. Aku kenakan pakaianku yang basah kuyup dan meminjam jaket kakakku yang asytaghfirullah baunya. Cowok, Oke cukup tahu. 
Tidak tahu dia dapat sarapan dari mana sepagi itu, dengan lahap kami memakannya dan bersiap untuk berangkat. Aku naik sepeda motor dan langsung ke Farmasi, karena di sanalah tempat ujianku. Sedangkan Uyung di antar kakakku ke Teknik Sipil. Sedikit risih dengan pakaian basahku, aku tidak kesulitan menemukan ruangan dan tepat duduk. Baru berapa saat aku duduk, Uyung mengabari kalau dia salah ruang, bukan hanya itu, dia salah gedung. Seharusnya dia ke gedung D3 tapi malah di S1, dan jaraknya jauh. Aku suruh dia menghubungi kakakku saja yang sudah balik ke kos, karena memang aku juga tidak tahu jalan ke D3 Teknik Sipil.
Duduk tenang di bangkuku, teman sebelah kiriku adalah seorang cowok Chinish berkacamata, begitu rapi dan sebelah kananku cowok selengekan dengan tas menyamping. Benar-benar kontras, inilah dunia perkuliahan pikirku. Soal mulai aku kerjakan. Tetangga sebelah kiriku begitu khusuk, dan benar saja aku menoleh ke sebelah kanan, dia melempar satu bendel soal ke atas tasnya di lantai, dan menggunakan satu bendel lainnya untuk KIPASAN. Laki-laki. Beberapa saat kemudian, kruweelll kruweeelll kruweeellllll. AAaaarrrrggghhh....perutku muleessss sakit banget. Makanan apa yang aku makan pagi ini kakakku tercinta. Laki-laki. Pakaian basah dan perut mules, lengkap sudah penderitaanku. Kalo dilihat langsung tiga sejajar ini benar-benar, Rrrrrrrrwwww banget. Aku kerjakan soal sebisaku sambil tentu saja memegangi perutku yang sakitnya aduhai sangat ini. Semrawut sekali UM ku ini.
Pengumuman datang dan aku diterima di Fakultas Biologi, pilah ke dua ku. Iseng, aku cari teman duduk sebelah kanan dan kiri saat UM dan yaaahhhhhh keduanya tidak diterima. Sekian cerita saya, mungkin dari kalian ada yang bisa mengambil hikmahnya *ragu* Haahhahahhahahha

Kamis, 09 Mei 2013

PENDAKIAN LAWU


Mas Bait-Aku-Dylan
[4-5/5/2013] Hidup itu seperti mendaki gunung, akan melewati banyak puncak dan membutuhkan antiklimaks untuk dapat memaknainya. Semakin tinggi pendakian, semakin banyak pula puncak-puncak lain yang terlihat. Semangat seorang pendaki, selalu merasa kurang tinggi, belum lebih tinggi dari.Terkadang, puncak yang terabaikan justru jauh lebih tinggi daripada puncak yang diharapkan. Ternyata dia pernah dan telah lebih tinggi daripada puncak yang dia harapkan sekarang.

Seorang pendaki, mengagungkan kepuasan dan menghargai proses. Ketika ia telah lebih tinggi dari puncak yang diharapkannya, ia berkata 'Tunggu sampai aku lebih tinggi dari awan itu'. Selalu dan selalu ada yang lebih tinggi, akan selalu ada hal lain yang ia inginkan. She never stop. 'Aku harus bergegas, sebelum awan itu memudar'. Ada tenggat di setiap hal yang diinginkan, selalu ada rencana. Dan terkadang, ia gagal. Burung-burung mulai terusik dan terusir, kembali ke sarangnya. Dan awan itu telah habis ditelan gelap. Aku kehilangan sunset sore itu. Mendaki itu belajar ikhlas dan sabar. Dengan gontai kuayunkan kaki, terus mendaki. Karena aku tahu, tidak ada yang bisa aku dapatkan di sini. Hingga senja menjelang dan mulai bergegas ke peristirahatan. Sunyi, menunggu pagi.
Tersisih disudut tenda, apalah aku ini. Liku pendakian benar serupa dengan jalan hidup. Mendaki, terjal, dan berkelok. Jernih aku berpikir, bukan untuk apakah aku akan lebih tinggi dari siapa, tapi apakah aku akan lebih tinggi menggapai apa. Bukan untuk iri aku hidup, bukan untuk penyesalan aku mencoba. 
Sunrise di puncak
Ketika fajar menyingsing pagi, langit merona membentuk zona horisontal kemerahan di ufuk barat. Jauh lebih indah, begitu cantik. Hingga awan tersipu malu, membiaskan sinar matahari yang menyapa pagi. Semakin terang. Dan indah itu ditelan kehangatan. Aku mendapatkan sunrise di Argo Dumilah.
Beberapa scene yang terekam selama pendakian, sebagai bonus.

Ini bukan puncak~selalu ada puncak menutupi puncak
 Telaga sarangan dari atas~Cantik
 Pendaki juga butuh istirahat :D
 Vandalisme di gunung; batu tulis
 Take nothing but picture; Edelweis
Makanan wajib pendaki gunung; berry liar 

Argo Dumilah 3265 mdpl

Rabu, 24 April 2013

CEMARA

Tuhan ciptakan cemara
Pohon tangguh dengan daun rapuh
Tuhan ciptakan cemara
Kokoh menjulang tak takut tumbang
Cemara
Mengingatkan,
Ketidaksempurnaan adalah bagian dalam kesempurnaan.
Stay strong, and stay young!

Minggu, 24 Maret 2013

Sorry


You're the only one who'll be sorry by the day I left.

Rabu, 13 Maret 2013

Susur Pantai Congot-Glagah

              Dalam rangka survey DIKJUT KSK yang aduhai gilanya itu. Aku, Shinta dan Agustin menyusuri pantai sepanjang entah berapa kilometer. Pantai Congot sampai Pantai Glagah kami tempuh berjalan kaki di atas pasir panas terik matahari pukul 11.00 WIB. Pas sekali panasnya. Tidak kurang dari dua jam perjalanan kami. Berikut beberapa adegan yang sempat terekam kamera *Halah*
 Berpose dulu sebelum berangkat (Aku dan Shinta)
 Agustin masih sempet main ayunan
 1 jam perjalanan
Semua Terbayar setelah sampai di Laguna dan melihat Dermaga
 Laguna Pantai Glagah
 Dermaga
 Terkapar tak berdaya



Perburuan Capung di Pasir Mendhit~Kulon Progo

 Tambak Ikan
 Masih di Tambak Ikan
 Padang Rumput
  Padang Rumput
 Muara Sungai Bogowonto
Sungai Bogowonto di bawah terik sinar sore
 Bibit-bibit Bakau
Di bawah nauangan cemara udang dari terik matahari sore

Jingga Jogja



[13032013] Di tengah kumandang adzan, langit jogja begitu menawan.





A Little Story Has Begun


Oke. Harusnya sekarang aku sedang mengerjakan proposal skripsi ibuku yang harus aku serahkan besok. Agenda nongkrong di Angkringan Ndelik, berujung pada mantengin layar laptop, pastinya bukan memulai menyusun BAB DUA, tapi menjejali kembali blog ku ini dengan tulisan-tulisan, cekeran-cekeran ayam.
Sebelumnya, aku mau ngucapin makasih banget buat Chandra Pradhitaningrum, Afina Dina Kamila, Thoriq Teja Samudra, dan seluruh penghuni Palung yang menyempatkan menyusuri setiap senti tulisan di blog ku yang indah ini. Makasih buat kalian yang KEPO abis. Al hasil, benar saja, pengunjung blog ini naik drastis. Yang biasanya Cuma laba-laba numpang bikin sarang, sekarang ada puluhan pengunjung datang, menyaksikan setiap jengkal kegalauanku dan menertawakannya. Puas kalian? *Nangis darah*
Well…begini ceritanya. Aku ada penelitian baru, bareng sama teman-teman KSK, sebutin ya? Fina, Lolit, Afra, dan Amir, dalam sebuah tim bernama Graciteri (Gracilaria Antibakteri). Nama itu bisa berubah jadi Graciterius (Graciteri misterius) ketika dosen-dosen mencari-cari dimana orang-orang dalam tim ini yang tidak kunjung mendatangi dosen pembimbing. Tapi akhirnya, setelah mendapatkan teguran sana-sini, dengan lantang namun dalam hati kami berucap ‘Kami serius, Bu’. Jadilah Graciterius, Graciteri serius.
[12032013] saya beserta tim, dikurangi Fina yang ternyata sibuk praktikum KJT (padahal yakin dia sebenernya pengen ikut) dan Amir yang sakitnya gak tanggung-tanggung (Tipes dan DB), berangkat ke Jepara, menyusuri pantai demi pantai demi mendapatkan sekarung Gracilaria. Sebelum subuh kami sampai di Pantai Kartini dan mulai mencari suatu tempat yang sudah bernyawa. Dari kejauhan Nampak sebuah cahaya….*lebay* terlihatlah pos satpam. Bagaikan Mendapatkan Durian runtuh, bapak satpam menawari kami sekarung Gracilaria. Seakan tidak percaya dan memang kami tidak percaya, kami melanjutkan perburuan sekarung Gracilaria kami. Perburuan dilanjutkan ke Pantai Kartini setelah Subuh, sambil menikmati suasana pagi dan mencari sarapan.
Sarapan begitu nikmat dengan menu seafood menggugah selera. Tidak ketinggalan aku jeprat-jepret di sepanjang pantai. Bagus juga Pantai Kartini saat pagi. Nanti saya bagikan foto-fotonya di bawah. Selesai sarapan, Bapak-bapak satpam datang membawa contoh Gracilaria, tetap kami tidak percaya. Warnanya hijau kecoklatan, Gracilaria kan Rhodophyta (Algae merah) mana mungkin warnanya hijau, pikir kami. Lagi, kami tinggalkan bapak satpam itu.
 Warung Bu Lastri
 Pantai Kartini~Jepara 
 Pantai Kartini~dari Dermaga
A shoot on a Boat
Kura-Kura Ocean Park~Pantai Kartini Jepara
Perjalanan kami lanjutkan. Destinasi kedua, Pantai Bandengan. Setelah muter-muter nyari jalan (Baca: Nyasar), sampai kami di sebuah warung di ujung jalan. Berbondong-bondong warga datang dan menawari kami berbagai algae, tetap kami tidak percaya. Warganya tidak meyakinkan (Atau aku dan teman-teman yang sok, tak tahulah. Hahahha). Akhirnya, amunisi terakhir kami keluarkan. Apabila kami tidak mendapatkan algae yang kami cari itu, terpaksa kami menggunakan algae dari warga yang masih anggota Rhodophyta, namun beda jenis. Pilihan terakhir kami, bertanya pada dosen pembimbing. Dengan sedikit memaksa melalui sms dan email, kami kirimkan foto algae pertama yang ditawarkan Pak Satpam. Sekian jam kami menunggu balasan, dan benar, berdasarkan tipe percabangannya, Algae itu adalah anggota Genus Gracilaria yang agung. Sempat aku menyebut tim kami sebagai Gra’shit’eri, tapi kini berubah jadi Gra’sweet’eri. Ah…nama yang bagus, bisa diubah-ubah sesuai Mood.
 Pantai Bandengan Jepara
 Pantai Bandengan Jepara
 Pantai Bandengan Jepara
Pantai Bandengan Jepara
Kembali kami ke Pos Satpam Balai Besar Budidaya Air Payau Jepara dan mendapatkan sekarung Gracilaria dengan harga yang fantastis mahalnya, 90K. Kami tahu kalau kami ditipu. Itu adalah algae sisa panen, tapi mau apalagi, kami butuh. Inilah manusia, pintar memanfaatkan kesempatan. Bahkan 5 Orang mahasiswa tidak ada apa-apanya dibandingkan seorang satpam. Apalah artinya pendidikan kami ini *Lompat Jurang*.
Kami pulang dengan bahagia, dan bersiap merencanakan apa yang akan kami lakukan nanti. *Gra’sweat’eri*

Rabu, 16 Januari 2013

IRI

Aku tidak iri pada orang dengan kekayaannya, dengan prestasinya, dengan banyak temannya, dengan kesempurnaan parasnya. Aku iri pada orang yang mampu membina hubungan dengan orang yang ia sayangi, yang mampu membagi hidupnya, menceritakan pribadi dan pengalamannya, percaya dan terus bersama dengan orang itu. Bagaimana? Ceritakan padaku! Bagaimana ia bias melakukan hal itu, hal yang belum bias aku lakukan, dan ia bias bahagia dengan itu. Aku iri pada kebahagiaan mereka, pada kesederhanaan mereka.

Kartu AS


[31122012] bahkan aku masih seperti dulu. Jantung berdegub cepat hanya dengan melihatmu. Senyumku merekah hanya dengan membaca pesan darimu. Bahagiaku dating, kamu kartu as ku. Rasa yang begitu sesederhana ini, tidakkah juga aku pantas memilikinya?
Bukan aku merendah atau murahan. Bukan aku tak punya harga diri. Mengapa memilih bahagia dengan cara yang sulit? Bahagia itu murah, bahkan gratis. Aku mencintaimu dengan teramat sangat sederhana. Berbahagialah bersamaku!

Diamku di Ruang Tamu

[13122012] Bebatuan warna-warni berdenting, terpantul karena jatuh ke lantai yang kusam. Angin bertiup menerbangkan debu yang melapisi perabotan di ruang tamu itu. Gelangku putus, manic-manik dari bebatuan alam tercerai-beraikan, terpisah satu sama lain. Usai sudah semuanya. Dalam sunyi aku bertanya, inikah yang kau inginkan?

Semanggi Tak Berdaun

[13122012] Di sebuah gang sempit, jalan menuju barak pengungsian korban erupsi Merapi, tumbuh rendah tanaman semanggi. Dikatakan jika menemukan semanggi berdaun empat, maka ucapkanlah permohonanmu. Aku hanya melihat, mengamati, kemudian berlalu. Aku tidak mencari. Aku tidak berhenti dan memilah satu-persatu dedaunan hijau itu. Bagiku tidak ada lagi permohonan. Aku semanggi tak berdaun.    

Kesepakatan


[13122012] Dikatakan pada suatu ketika oleh seseorang, bahwa cinta yang hakiki itu memerdekakan, membebaskan. Aku tidak sepakat. Bagiku cinta itu ada untuk membahagiakan kita. Kebebasan apa lagi yang ingin kita dapatkan. Kita sudah bebas mencintai siapapun dengan cara apapun dan sebesar apapun. Apa lagi yang ingin kita cari selain bahagia.
Cinta membawa kebahagiaan bagi pemiliknya, bagi penikmatnya. Bukan cinta yang memerdekakan kekasihnya, membiarkan kekasihnya pergi, berlaku semaunya. Cinta membahagiakan kita dengan konsekuensi. Membebaskan dalam konteks ini justru tindakan pengecut, memilih berada di zona aman, tidak melakukan apa-apa.
Bukan itu yang diinginkan cinta, cinta ingin kita bahagia. Cinta ingin kita bersama. Kebebasanmu adalah kesendirianmu. Cintai keluarga kita, teman kita, sahabat, kekasih dan Tuhan kita dengan memnuhi konsekuensi yang ada. Love the life!

Enough


[26112012] Saat aku sudah tidak punya siapa-siapa dan apa-apa, hanya ini yang bias dan akan terus aku lakukan. Aku tidak mengharapkan apapun darimu, dari kalian. Saat aku bahkan tidak tahu lagi aku atau dirimu yang melakukan sebuah kebohongan, sebuah kesalahan, tapi Tuhan tahu. Tuhan tahu ada apa atau siapa di antara kita. Aku hanya sudah terluka, sudah lelah. Aku dan kamu. Kita terasa begitu berbeda. Jalan yang aku tempuh tidak lagi searah denganmu, entah aku yang berhenti berjalan, atau kamu yang berputar haluan. Aku tidak tahu.

Minggu, 06 Januari 2013

Lost in Papua Part IV


Makanan pertama yang harus dimakan ketika sampai di Papua adalah Papeda. Papeda itu semacam bubur dari sagu yang dimakan bersama kuah kuning. Tepung sagu dicampur dengan air panas kemudin diaduk sampai rata dan mengental seperti lem. Kuah kuning berasal dari kaldu ikan dan biasa dicampur dengan daging ikan atau hewan laut seperti kepiting. Cara mengambil papeda juga unik, piring harus diisi dengan kuah kuning terlebih dahulu agar papeda tidak lengket, kemudian papeda yang kental disendok dengan garpu dan diputar-putar dengan garpu yang lain sampai putus dari adonan besarnya. Ketika disantap, papeda tanpa dikunyah langsung ditelan. Untuk beberapa orang (misalnya saya) memakan papeda banyak-banyak dapat menyebabkan mual karena tidak dikunyah.
Makanan yang khas dari Temi itu apa ya??? Kurang tau juga, tapi ada beberapa makanan enak yang dapat ditemukan disana, misalnya lontar. Lontar adalah semacam kue (memang kue) pie, isinya telur, tepung dan mentega. Rasa surga harganya pun selangit. Satu piring besar mencapai 100K. Ada juga mie kasbi, mie kuning dengan kaldu ayam ditambah potongan kasbi (sigkong atau ubi kayu) yang sudah digoreng. Bisa juga ditambah udang rebus. Mantaaabss!!! Kalau teman-teman main ke pasar, ada jajanan wajib yang berceceran disepanjang jalan di pasar, yaitu pisang goreng, roti gula dan donat. Temi memang banyak ditumbuhi pohon pisang, entah ditanam atau tumbuh sendiri, yang jelas ada banyak pohon pisang di sana. Roti gula dan donat yaa selayaknya di Jawa, manis. Harganya juga manis, cukup dengan 1K saja. Ketika teman-teman berjalan-jalan di malam hari di sepanjang jalan di kota Temi, maka akan terlihat obor-obor yang dinyalakan di atas meja dengan hidangan yang beragam. Tempat penjualan makanan tersebut berjajar menggunakan meja ada juga yang seperti kios-kios. Tempat tersebut dipanggil Pasar Obor. Makanan yang dijual beragam, misalnya donat dan pisang (lagi dan lagi). Tapi ada nuansa lain juga, ada yang menjual ikan goreng, roti tawar, roti kelapa, roti kacang dan pisang goreng dan donat lagi. Hehe^^.
Kebiasaan orang Temi, dan Papua pada umumnya adalah mengunyah (bukan memakan) buah pinang. Selayaknya orang Jawa nginang, sabut yang ada pada buah pinang ditambah dengan kapur dikunyah-kunyah sampai berwarna merah dan dibuang sarinya lewat meludah. Tidak heran pula, jika disepanjang jalan banyak penjual pinang dan teman-temannya berjajar siang dan malam. Orang bilang, mengunyah pinang dapat  membuat gigi kuat dan sehat. Yaaa...sepertinya ada benarnya juga sih (#sok tau), ada kapur dan mengunyah-ngunyah sabut memang melatih gigi agar kuat. Tapi bila teman-teman berjalan di sepanjang jalan di manapun di Temi, jalan berwarna merah. Ini adalah aktivitas yang belum dan sepertinya tidak akan pernah saya coba. Sekian dan terima kasih. Ammuke!
 Kristin makan pinang (Photo by Ryan)
 Meco makan pinang (Photo by Ryan)

Lost in Papua Part III

Warga teminabuan itu masih ramah-ramah, jauh beda dengan warga Kota Sorong yang kebanyakan adalah pendatang. Setiap berpapasan dengan siapapun akan tersimpul senyum manis di bibir dengan sapaan Pagi! Siang! Sore! atau Malam! Jangan bosan saja di sana untuk terus membalas atau memulai sapa dan tersenyum (walaupun sedang badmood #Serius). Meskipun wajah orang Papua itu sangar, namun hatinya baik jika kita juga baik. Jadi, teruslah bertegur sapa^^. Setiap sapaan biasa ditambha dengan kakak, adik, mama atau bapak. Orang yang lebih tua akan dipanggil kakak, yang lebih muda jadi adik, ibu-ibu sampai nenek-nenek dipanggil mama, bapak-bapak dipanggil bapak dan aku dipanggil nona. Sapaan selamat biasa menggunakan syaloom yang artinya selamat, seperti Anyongaseo!!! pada Bahasa Korea. Ada juga sapaan selamat tinggal dari anak-anak di SD YPK Kalfari Skendi yang sangat khas dan lucu, Ibu Daaa!!! Dengan intonasi Daaa!!! bernada sol la. Sedikit bercengkok dan khas anak-anak kecil. Kalau orang tua akan mengucapkan ammuke, bahasa Temi yang artinya selamat, atau ammuke wasanyo yang artinya selamat tinggal untuk sementara.
Istilahnya, orang Jawa kalo pindah ke Papua akan jatuh miskin, orang Papua pindah ke Jawa akan kaya raya memang benar. Biaya apapun sangat mahal, bisa 2-4 kal lipat. Wowwww!!! Teh kotak ya, teh kotak, yang biasa di jawa Cuma 3,5K disana 5K. Ojek beberapa ratus meter saja 5K. Mie ayam 12K. Nasi ayam dan susu sirup 23K. Nasi padang 25K. Gimana gak jatuh miskin tuh. Kendaraan umum yang ada adalah taksi (istilah papua untuk angkot) dengan tarif 5K jarak dekat dan disewa untuk jarak jauh. Ada lagi ojek yang jumlahnya jutaan. Tukang ojek memakai helm warna merah dengan nomer di bagian belakangnya. Hampir seluruh pelosok Temi dilalui oleh ojek ini, tidak ada kesulitan untuk mendapatkan ojek. Dalam satu menit saja, bisa ada 3 ojek yang lalu-lalang di jalan di depan rumah. Ammuke!

Biji Karet


Dengan biji karet, lagi-lagi aku dan teman-temanku punya kegiatan buat ngisi waktu luang. Yah..lumayan lah, daripada cuman dudul mimbik-mimbik depan burjo. Al kisah, setelah proposal kami didanai oleh DIKTI dalam program PKMM, yah semacam Kuliah Kerja Nyata gitu, kami berlima, aku-Jati-Dee-Agus-Arum langsung merubah arah peredaran ke Polokarto, Sukoharjo. Ada apa di sana?
Personil gaya di kebun karet (minus Agus-dia yang motret :P)
Biji Karet yang dihasilkan dari perkebunan karet di Polokarto bisa dibilang belum dimanfaatkan sama sekali, Cuma dibuang. Padahal nih ya aku kutipin dari proposal kami:
Indonesia memiliki perkebunan karet terluas di dunia.  Perkebunan karet PTPN IX Batujamus merupakan perkebunan karet kategori kelas A yang memberikan keuntungan terbesar di antara perkebunan lain di Jawa Tengah yang terletak di perbatasan Sragen dan Karanganyar, sebagian di Polokarto, Sukoharjo seluas 3.976,12 hektar.  Agus Hargianto SP, Administratur PTPN IX Batujamus/Kerjoarum, mengatakan bahwa hingga akhir Desember 2011, kebun karet diharapkan memberikan keuntungan hingga Rp 75 miliar. Akan tetapi, keuntungan perusahaan tersebut tidak dirasakan oleh masyarakat sekitar perkebunan karet, terutama di kecamatan Polokarto, Sukoharjo. Sekitar 50% penduduk Polokarto merupakan rumah tangga prasejahtera dan sejahtera I. Walaupun tinggal di sekitar perkebunan karet, sekitar 73,7% mayarakat bekerja sebagai petani dan 19,4% bekerja sebagai buruh tani, industri dan bangunan. Hanya sekitar 1,8% penduduknya yang bekerja di perkebunan (Giyarsih, 2005). Hasil utama perkebunan karet ini adalah getah karet. Selain itu juga menghasilkan biji karet sekitar 19.880.600 biji karet per tahunnya. Sebagian kecil biji karet dimanfaatkan sebagai bibit tanaman, sedangkan selebihnya terbuang sia-sia, mengotori areal perkebunan dan menyebabkan semak yang dapat menyulitkan proses penyadapan getah karet (Tim Penebar Swadaya, 2008).
Biji karet mengandung banyak gizi, setiap 100 gram biji karet mengandung 27 g protein, 32.3 g lemak, 15.9 gram karbohidrat dan 9,1 gram air. Selain itu, biji karet juga kaya akan asam lemak esensial, yaitu tiamin 450,0 µg, asam nikotinat 2,5 µg, akroten dan tokoferol 250,0 µg. Asam amino yang terkandung dalam biji karet juga cukup lengkap, yaitu sebanyak 17 jenis dari 20 jenis asam amino essensial bagi manusia (Murni et al., 2008).”
Nahlo, sebagai anak muda yang bisa dibilang cuman ngatungin tangan ke orang tua, ini salah satu hal sepele yang bisa kami lakukan. Pagar Alaska (Pos Wirausaha Warga Sekitar Alas Karet). Di sana kami berbagi ilmu gimana caranya mengolah biji karet menjadi produk yang laku dijual, lumayan nambah penghasilan.
Biji karet bisa diolah jadi apa? Macam-macam makanan dan minuman, misalnya susu biji karet, emping, tempe, tahu, yogurt, donat, onde-onde, bakpia. Itu kegiatan kami bersama ibu-ibu PKK di sana. Harapannya program ini dapat dilanjutkan, oleh siapa? Yaa..kalo gak ada yang mau, nanti insyaallah saya akan melanjutkannya. Amiin.
Apa aja sih rincian kegiatannya?

“Program PAGAR ALASKA telah dilaksanakan mencapai 100% dari keseluruhan program yang direncanakan. Program tersebut meliputi persiapan, sosialisasi, workshop I, II, dan III. Tahap persiapan dilaksanakan selama Bulan Februari 2012. Tahap persiapan meliputi pemenuhan administrasi kegiatan, survei lapangan dan rapat besar. Administrasi kegiatan meliputi perijinan kegiatan kepada pemerintah daerah setempat, pembuatan x-banner, buku panduan pengolahan biji karet, melengkapi alat atau bahan yang dibutuhkan. Rapat besar dihadiri oleh ketua RT dan ibu-ibu pengurus PKK  yang bertujuan meminta ijin dan sarasehan kepada pihak terkait. Survei lapangan meliputi penyediaan bahan baku biji karet dan lokasi pelaksanaan program. Lokasi pelaksanaan kegiatan diselenggarakan di Balai Pertemuan Dukuh Denokan RT 01/RW 10.
Sosialisasi dilaksanakan pada tanggal 4 Maret 2012 di Balai Pertemuan. Sosialisasi dihadiri oleh 36 peserta, yaitu ibu-ibu PKK Dukuh Denokan. Materi sosialisasi meliputi perkenalan anggota tim PKM-M, potensi dan manfaat biji karet, penjelasan rencana program kegiatan dan penyesuaian jadwal kegiatan PAGAR ALASKA.
 Donat Biji Karet
Tempe Biji Karet
Onde-onde Biji karet
Susu Biji Karet

Workshop I dilaksanakan pada tanggal 1 April 2012. Bentuk kegiatan berupa presentasi dan diskusi mengenai potensi dan manfaat biji karet, pengarahan dan praktek cara menghilangkan racun pada biji karet dan pengolahan biji karet menjadi susu biji karet. Cara menghilangkan racun biji karet disampaikan di awal program karena merupakan proses dasar dalam mengolah biji karet menjadi bahan makanan. Kegiatan ini dihadiri oleh 42 peserta.
Workshop II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2012 dengan materi cara pengolahan biji karet menjadi onde-onde.Materi disampaikan dalam bentuk praktek secara berkelompok.Peserta yang hadir sebanyak 33 orang, dibagi menjadi empat kelompok kerja agar setiap peserta berperan aktif dalam mengolah biji karet. Untuk mengoptimalkan penyampaian materi pengolahan biji karet menjadi onde-onde, dibagikan buku panduan pengolahan biji karet kepada setiap peserta kemudian mendiskusikan isi materi dalam buku panduan tersebut bersama.
Workshop III dilaksanakan pada tanggal 29 April 2012 dengan materi cara pengemasan dan metode pemasaran produk hasil olahan biji karet. Jumlah peserta yang yang mengikuti workshop III adalah 38 orang. Materi disampaikan dengan cara presentasi dan diskusi. Cara pengemasan yang baik dan benar sangat penting dalam berwirausaha makanan karena merupakan salah satu sisi yang dapat menarik minat konsumen. Metode pemasaran yang disampaikan meliputi anggaran atau modal yang diperlukan untuk memulai usaha serta harga jual dan keuntungan yang akan didapat dengan menjalankan usaha pengolahan biji karet menjadi berbagai variasi makanan. Metode pemasaran yang benar mampu meningkatkan penjualan yang secara langsung meningkatkan laba, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam workshop III dibagikan kuisioner yang diisi oleh peserta workshop. Berdasarkan pengisian kuisioner, diketahui bahwa tim PKM-M telah mencapai keberhasilan sebesar 88% dalam melaksanakan program.
Lomba dan bazar dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk evaluasi pemahaman peserta tentang materi yang telah disampaikan. Lomba diikuti oleh 27 peserta yang dibagi menjadi tiga kelompok. Hasil olahan dari lomba berupa donat, tempe dan susu biji karet. Dengan demikian, telah terbukti bahwa peserta memahami cara pengolahan biji karet sesuai workshop yang telah dilaksanakan. Bazar berupa pameran masakan hasil lomba dan presentasi peserta lomba mengenai produk yang telah dibuat. Hasil lomba dan bazar dipamerkan kepada masyarakat Dukuh
Kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan modal awal keberlanjutan wirausaha yang dibangun. Materi yang telah disampaikan diharapkan mampu memotivasi ibu-ibu PKK untuk berwirausaha sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Bazar yang telah dilaksanakan merupakan promosi awal. Publikasi melalui blog dan jejaring sosial, Facebook, menjadi media promosi yang dikelola oleh Tim PKMM dan ibu-ibu PKK. Dengan demikian, ibu-ibu PKK Dukuh Denokan telah memiliki modal utama untuk memulai wirausaha berbasis potensi lokal.”
Panduan pengolahan biji karet bisa diunduh Di Sini