Selasa, 12 April 2016

Bianglala

http://3.bp.blogspot.com/-PxE9Chq3uTo/VKo0jIY8vNI/AAAAAAAAAkc/C8TQT0ROztI/s1600/IMG_9938_1.jpg
Begitulah aku diciptakan. Aku begitu anggun, tinggi, dan aku yang paling cantik di sini. Aku tahu banyak yang iri terhadapku. Mau bilang apa, aku dirakit dengan sulaman keindahan kerlip warna-warni dan dikaruniai gerakan anggun yang mampu melenakan pasangan-pasangan kekasih. Kerlipku menjulang tinggi menghiasi langit kala malam di taman hiburan seperti pelangi. Yah..aku bianglala.

Tua muda, siapapun itu, akan hanyut dalam romansa malam ditemani alunan musik yanng diperdengarkan. Ketika kalian masuk, lalu aku mulai berputar, menari diangkasa, suasana malam hanya milik kalian. Dan aku terus menari sampai beberapa putaran. Aku tahu kalian sangat menikmati memandang taman hiburan dari angkasa. Cantik bukan. Yah..itu hanya aku yang bisa berikan.

Kalian tahu, aku paling suka pada posisi 270°, ketika putaranku hampir selesai. Pada posisi itu gaya tarik bumi paling besar sehingga kalian akan merasakan sensasi terjatuh atau terhempas seperti ketika menaiki lift. Aku cuma bisa cekikikan melihat selalu ada tangan-tangan mesra yang bergandengan karena takut di dalam bianglala.

Aku memang sempurna. Aku jaga aman setiap penumpang dengan jeruji pengaman. Sambil beputar aku suguhkan pemandanan malam. Belum ditambah sensasi mendebarkan ketika putaranku hampir selesai.

Tapi.

Kalian tahu siapa itu kora-kora? Aku heran kenapa antrian untuk menaiki wahana berbahaya itu begitu panjang. Wahana berbahaya, tanpa pengaman. Penumpang diayun-ayunkan kesana-kemari dengan liar. Dia juga tak punya rem untuk bisa berhenti. Hanya mengandalkan kaki manusia. Bagaimana bisa aku disaingi oleh wahana tak sempurna itu.

Kora-kora memang tidak beranggung jawab. Dia begitu angkuh dan ceroboh. Bagaimana kalau satu penumpang saja jatuh. Kemudian berat antara sisi kanan dan kiri tidak akan seimbang. Perahu itu dengan serta merta dapat hilang keseimbangan dan berputar, menumpahkan seluruh penumpangnya yang tanpa pengaman.

Apa asiknya naik kora-kora. Berputarpun dia tak mampu selesai. Seratus delapan puluh derajat pun tidak.

Tapi.

Mengapa manusia-manusia itu masih saja mau menaikinya. Mereka berteriak-teriak ketakutan di atas sana, namun mereka akan antri dari ujung belakang untuk menaikinya kembali. Apa yang mereka pikirkan? Tidak sayangkah mereka pada dirinya sendiri?

Aku benar-benar tak memahaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar